KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita ucapkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
pada kita semua, sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan baik. Salawat
dan salam kita kirimkan kepada junjungan ummat Islam yang telah memberikan pencerahan
bagi manusia sehingga memiliki peradaban yang lebih mulia. Karena perjuangan
beliau menegakkan kebenaran sehingga mengangkat derajat manusia terutama kaum
wanita pada zaman Jahiliyah.
Terlebih
dahulu kita berdo’a pada Allah agar kita dijauhkan dari ilmu yang tidak
bermanfaat, karena manusia itu tidak terlepas dari kesalahan dan kekhilafan.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai acuan pembelajaran dalam
mata kuliah Sejarah peradaban Islam. Bila ada kekurangan dalam makalah ini
penulis mohon kemaklumannya.
Metro,15
Mei 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban umat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat
Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak
kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik,
dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan
semangat bagi generasi umat Islam bahwa peradaban umat Islam itu pernah
memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara Eropa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Bani
Abbasiyah ?
2. Seperti apa masa kekuasaan Bani
Abbasiyah ?
3. Apa saja yang diperoleh pada masa
kejayaan Bani Abbasiyah ?
4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan
kemunduran Bani Abbasiyah ?
5. Bagaimana akhir masa kekuasaan Bani
Abbasiyah ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan bagaimana berdirinya Bani
Abbasiyah, sehingga berhasil menguasai ke khalifahan yang sebelumnya di pegang
oleh Bani Umayyah.
2. Mendeskripsikan
masa kekuasaan Bani Abbasiyah dalam megelola pemerintahan.
3. Mendeskripsikan
kemajuan-kemajuan yang diperoleh saat Bani Abbasiyah memengang ke khalifahan,
baik itu dibidang ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan.
4. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab
kemunduran Bani Abbasiayah.
5. Menjelaskan bagaimana akhir dari masa
kekuasaan Bani Abbasiayah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Berdirinya Bani Abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan
sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu
yang sangat panjang, yaitu lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M.
Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah
dikumandangkan oleh bani Hasyim (alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah
dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan
anak-anaknya.
Kelahiran
bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh
golongan syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umayyah. Golongan Syi’ah
selama pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir karena
kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak
pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbela.
Gerakan
oposisi terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi’ah dipimpin oleh Muhammad
Bin Ali, ia telah di bai’ah oleh orang-orang syi’ah sebagai imam. Tujuan utama
dari perjuangan Muhammad Bin Ali untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah
dari tangan Bani Umayyah, karena menurut keyakinan orang syi’ah keturunan Bani
Umayyah tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan
dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan
Ali Bin Abi Thalib. Pada awalnya golongan ini memakai nama Bani Hasyim,
belum menonjolkan nama Syi’ah atau Bani Abbas, tujuannya adalah untuk mencari
dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini adalah
keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan ini
bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.
Strategi
yang digunakan untuk menggulingkan Bani Umayyah ada dua tahap :
1.
Gerakan
secara rahasia
Propoganda
Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia,
akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan
kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir,
Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah
dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada
adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui
bahwa ia akan di eksekusi dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.
2.
Tahap
terang-terangan dan terbuka secara umum
Tahap
ini dimulai setelah terungkap surat rahasia Ibrahim bin Muhammad yang ditujukan
kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar membunuh setiap orang yang berbahasa Arab di
Khurasan. Setelah khalifah Marwan bin Muhammad mengetahi isi surat rahasia
tersebut ia menangkap Ibrahim bin Muhammad dan membunuhnya. Setelah itu
pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh Abul Abbas Abdullah bin Muhammad
as-saffah, saudara Ibrahim bin Muhammad.
Abul
Abbas sangat beruntung, karena pada masanya pemerintahan Marwan bin Muhammad
telah mulai lemah dan sebaliknya gerakan oposisi semakin mendapat dukungan dari
rakyat dan bertambah luas pengaruhnya. Keadaan ini tambah mendorong semangat
Abul Abbas untuk menggulingkan khalifah Marwan bin Muhammad dari
jabatannya. Untuk maksud tersebut Abul Abbas mengutus pamannya Abdullah bin Ali
untuk menumpas pasukan Marwan bin Muhammad. Pertempuran terjadi antara pasukan
yang dipimpin oleh khalifah Marwan bin Muhammad dengan pasukan Abdullah bin Ali
di tepi sungai Al-Zab Al-Shagirdi, Iran. Marwan bin Muhammad terdesak dan
melarikan diri ke Mosul, kemudian ke palestina, Yordania dan terakhir di Mesir.
Abdullah bin Ali terus mengejar pasukan Marwan bin Muhammad sampai ke Mesir dan
akhirnya terjadi pertempuran disana. Marwan bin Muhammad pun akhirnya tewas
karena pasukannya sudah sangat lemah yaitu pada tanggal 27 Zulhijjah 132 H/750
M. Pada tahun 132 H/ 750 M Abul Abbas Abdullah bin Muhammad diangkat dan di
bai’ah menjadi khalifah , dalam pidato pembiatan tersebut , ia antara lain
mengatakan “saya berharap semoga pemerintahan kami ( Bani Abbas ) akan
mendatangkan kebaikan dan kedamaian pada kalian. Wahai penduduk koufah, bukan
intimidasi, kezaliman, malapetaka dan sebagainya. Keberhasilan kami beserta ahlul
Bait adalah berkat pertolongan Allah SWT. Hai penduduk koufah, kalian
adalah tumpuan kasih sayang kami, kalian tidak pernah berubah dalam pandangan
kami, walaupun penguasa yang zalim ( Bani Umayyah ) telah menekan dan
menganiaya kalian. Kalian telah dipertemukan oleh Allah dengan Bani Abbas, maka
jadilah kalian orang-orang yang berbahagia dan yang paling kami muliakan.....
ketahuilah, hai penduduk koufah, saya adalah al-saffah”. Setelah Abul
Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat pemerintahan
tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat pemerintahannya, dengan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
1)
Para pendukung Bani Umayyah masih banyak yang tinggal di Damaskus
2)
Kota Koufah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang
punggung Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah
3)
Kota Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan Bizantium yang merupakan
ancaman bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa pemerintahan khalifah
Al-Mansur (754-775 M ) dibangun kota Baghdad sebagai ibu kota Dinasti Bani
Abbas yang baru.
B. Masa
kekuasaan Bani Abbasiyah
Selama
dinasti Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerinthan
itu, para sejarawan biasanya membagi kekuasaan Bani Abbasiyah pada empat
periode :
1. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak
lahirnya dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai meninggalnya khalifah
Al-Watsiq 232 H/847 M.
2. Masa Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah
Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di
Baghdad tahun 334 H/946 M.
3. Masa Abbasiyah III, yaitu dari
berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun 334 H/946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke
Baghdad Tahun 447 H/1055 M
4. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya
kaum saljuk di Baghdad tahun 447 H/1055 M sampai jatuhnya Baghdad ketangan
bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H/1258 M.
1)
Masa Abbasiyah I ( 132 H/750 M-232 H/847 M )
Masa
ini diawali sejak Abul Abbas menjadi khalifah dan berlangsung selama satu abad
hingga meninggalnya khalifah Al-Watsiq. Periode ini dianggap sebagai zaman
keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena keberhasilannya memperluas
wilayah kekuasaan.
Wilayah
kekuasaannya membentang dari laut Atlantik hingga sungai Indus dan dari laut
Kaspia hingga ke sungai Nil. Pada masa ini ada sepuluh orang khalifah yang
cukup berprestasi dalam penyebaran Islam mereka adalah khalifah Abul Abbas
ash-shaffah(750-754 M), Al-Mansyur ( 754-775 M), Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi
(785-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Amin (809 M), Al-Ma’mun (813-833
M), Ibrahim (817 M), Al-Mu’tasim (833-842 M), dan Al-Wasiq (842-847 M).
2) Masa Abbasiyah II ( 232
H/847 M-334 H/946 M)
Periode ini diawali dengan
meninggalnya khalifah Al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga Buwaihiyah bangkit
memerintah. Sepeninggal Al-Wasiq, Al-Mutawakkil naik tahta menjadi khalifah,
masa ini ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki.
Setelah Al-Mutawakkil meninggal
dunia, para jendral yang berasal dari Turki berhasil mengontrol pemerintahan.
Ada empat khalifah yang dianggap hanya sebagai simbol pemerintahan dari pada
pemerintahan yang efektif, keempat pemerintahan itu adalah Al-Muntasir (861-862
M ), Al-Musta’in (862-866 M), Al-Mu’taz (866-896 M), dan Al-Muhtadi (869-870
M). Masa pemerintahan ini dinamakan masa disintegrasi, dan akhirnya menjalar
keseluruh wilayah sehinngga banyak wilayah yang memisahkan diri dari wilayah
Bani Abbas dan menjadi wilayah merdeka seperti Spanyol, Persia, dan Afrika
Utara.
3) Masa Abbasiyah III (334
H/946 M -447 H/1055 M)
Masa ini ditandai dengan berdirinya
Dinasti Buwaihiyah, yaitu Pada masa ini jatuhnya Khalifah Al-Muktafi (946 M)
sampai dengan khalifah Al-Qaim (1075 M). Kekuasaaan Buwaihiyah sampai ke Iraq
dan Persia barat, sementara itu Persia timur, Transoxania, dan Afganistan yang
semula dibawah kekuasaan Dinasti Samaniah beralih kepada Dinasti Gaznawi.
Kemudian sejak tahun 869 M, dinasti Fatimiyah berdiri di Mesir.
Kekhalifahan Baghdad jatuh
sepenuhnya pada suku bangsa Turki. Untuk keselamatan, khalifah meminta bantuan
kepada Bani Buwaihiyah. Dinasti Buwaihiyah cukup kuat dan berkuasa karena
mereka masih menguasai Baghdad yang merupakan pusat dunia islam dan menjadi
kediaman Khalifah
Pada akhir Abad kesepuluh,
kedaulaulatan Bani Abbasiyah telah begitu lemah hingga tidak memiliki kekuasaan
diluar kota Baghdad. Kekuasaan Bani Abbasiyah berhasil dipecah menjadi dinasti
Buwaihiyah di Persia (932-1055 M), dinasti Samaniyah di Khurasan (874-965 M),
dinasti Hamdaniayah di Suriah (924-1003 M), dinasti Umayyah di Spanyol
(756-1030 M), dinasti Fatimiyah di Mesir (969-1171 M), dan dinasti Gaznawi di
Afganistan (962-1187 M)
4)
Masa Abbasiyah IV (447 H/1055 M -656 H/1258 M )
Masa
ini ditandai dengan ketika kaum Seljuk menguasai dan mengambil alih
pemerintahan Abbasiyah. Masa seljuk berakhir pada tahun 656 H/1258 M, yaitu
ketika tentara mongol menyerang serta menaklukkan Baghdad dan hampir seluruh
dunia Islam terutama bagian timur.
C.
Masa
Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah
Pada
periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan, secara
politis para khalifah memang orang-orang yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik sekaligus Agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
Filsafat dan ilmu pengetahan dalam Islam.
Peradaban
dan kebudayyan Islam berkembang dan tumbuh mencapai kejayaan pada masa Bani
Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini Abbasiyah lebih menekankan
pada perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah.
Disinilah letak perbedaan pokok dinasti Abbasiyah dengan dinasti Umayyah.
Puncak
kejayaan dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid (786-809
M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Al-Rasyid memerintah, negara dalam
keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga
pemberontakan dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara sampai ke India.
Lembaga
pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang
sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun
sebagai bahasa pengetahuan, selain itu juga ada dua hal yang tidak terlepas
dari kemajuan ilmu pengetahuan yaitu :
a.
Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa bangsa lain yang telah
lebih dulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa Bani
Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung
secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bagssa itu memberi saham tertentu bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia sangat kuat dalam
bidang ilmu pengetahuan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam
perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dari bidang
kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani terlihat
dari terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama Filsafat.
b.
Gerakan penerjemahan berlangsung selama tiga fase. Fase pertama, pada masa
khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu Astronomi dan Mantiq. Fase kedua terjadi
pada masa khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak
diterjemah adalah bidang filsafat, dan kedokteran. Dan pada fase ketiga
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas.
Selanjutnya bidang-biadang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Di
zaman khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang gemilang bagi
Islam. Zaman ini kota baghdad mencapai puncak kemegahannya yang belum pernah
dicapai sebelumnya, Harun sangat cinta pada sastrawan, ulama, Filosof yang datang
dari segala penjuru ke Baghdad. Salah satu pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu
pengetahuan tersebut adalah didirikannya pabrik kertas di Baghdad. Orang Islam
pada awalnya membawa kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan kertas erat
kaitannya dengan perkembangan Universitas Islam.
Pabrik
kertas ini memicu pesatnya penyalinan dan pembuatan naskah-naskah, dimasa itu
seluruh buku ditulis tangan. Ilmu cetak muncul pada tahun 1450 M ditemukan oleh
gubernur di Jerman. Dikota-kota besar islam muncul toko-toko buku yang
sekaligus juga berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pengajaran non-formal.
Popularitas
Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan yang dimanfaatkan oleh
khalifah Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti Rumah sakit, lembaga
pendidikan dokter, dan faramasi didirikan, dan pada masannya telah ada sekitar
800 orang dokter, selain itu pemandian-pemandian umum didirikan. Kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada zaman inilah negara Islam
menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Adapun ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah sebagai berikut :
1.
Ilmu
Kedokteran
Pada
mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti dengan
adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran.
Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal diantaranya sebagai
berikut
·
Hunain
Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal segai dokter yang ahli dibidang mata dan
penerjema buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
·
Ar-Razi
(809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli dibidang penyakit cacar dan
campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di Baghdad. Buku karangannya
dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi.
·
Ibnu
Sina (980-1036 M), yang karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi At-Tibb
dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi Universitas di Eropa dan negara-negara
Islam.
·
Ibnu
Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis dibidang penelitian pembuluh
darah dan penyakit cacar.
2.
Ilmu
tafsir
Pada
masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-matsur dan Tafsir
Bir ra’yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadist dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir yang kedua lebih
menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir yang terkenal
pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan karangannya jami’
al-bayan fi tafsir Al-Qur’an, Al-Baidhawi dengan karangannya Ma’alim
al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanya al-kassyaf, Ar-Razi(865-925
M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan lain-lainnya.
3.
Ilmu
Hadist
Pada
masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani Umayyah
sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan tetapi
perkembangan ilmu hadist yang paling menonjol pada amasa Bani Abbasiyah, sebab
pada masa inilah muncul ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai
sekarang. Diantara yang terkenal ialah Imam Bukhari (W.256 H) ia telah mampu mangumpulkan
sebanyak 7257 Hadist dan setelah diteliti terdapat 4000 hadist Shahih dari yang
telah berhasil dikumpulkan oleh imam Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih
Bukhari. Imam Muslim ( W. 251 H) terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan
bukunya Shahih Muslim, buku karangan imam Bukhari dan Muslim diatas
lebih berpengaruh bagi umat Islam dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan
Abu Daud oleh Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh imam
Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa’i oleh Al-Nasa’i ( W.303 H) dan sunan
Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah ( W.275 H) keenam buku hadist tersebut
lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
4.
Ilmu
Kalam
Bukanlah
hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah merupakan
dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-ualama yang terkenal pada
masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai sekarang, Diakalangan Ulama Ahlu
al-Sunnah wal jamaah. Muncul Imam Abu Hanifah(810-150 H) yang lebih
cendrung memakai akal (rasio) dan Ijtihad, Imam Malik Bin Anas (93-179 H) yang
lebih cendrung memakai hadist dan menjauhi sampai batas tertentu pemakaian
Rasio, Imam Syafi’i (150-204 H) yang berusaha mengkompromikan aliran Ahl
al-Ra’yi, dengan Ahl al-Hadist dalam Fiqh, dan Imam Ahmad bin
Hambal(164-241 H) yang merupakan tokoh aliran Fiqh yang keras, ketat dan kurang
luwes dari aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku karang mereka masih dapat
kita temukan sampai sekarang yaitu al-muawatta, al-umm, al-risalah,
dan sebagainya.
5.
Ilmu
Tashawuf
Dalam
bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa
pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama sufi
pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai
sekarang yaitu buku Ihya’ Al-Din, yang terdiri dari lima jilid.
Al-Hallaj (858-922 M) menulis buku tentang Tashawuf yang berjudul
Al-Thawasshin,
Al-Thusi menulis buku al-lam’u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465
H) dengan bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il’m al-Tashawuf.
6.
Ilmu
Matematika
Terjemahan
dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya dibidang matematika.
Diantara ahli matematika islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah
seorang pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka
Nol. Tokoh lainnya adalah Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin
Al-Abbas terkenal sebagi ahli ilmu matematika.
7.
Ilmu
Farmasi
Diantara
ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang
terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), jami’
al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
Dan
masih banyak lagi ilmu yang berkembang pada masa Bani Abbasiyah berkuasa, hal
ini terlihat bahwa saat Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M) memerintah ia
mendirikan Universitas Mustansiriah di Baghdad yang dapat dibanggakan karena
telah mampu melampaui Universitas di Eropa. Mereke mempunyai Fakultas-fakultas
yang sempurna, mahaguru digaji berdasarkan banyak mahasiswa yang terdapat dalam
Fakultasnya, setiap Mahasiswa dan Mahaguru mendapatkan satu dinar emas setiap
bulannya, dan rata-rata setiap Fakultas tidak ada yang kurang dari 3000
Mahasiswa didalamnya. Setiap Mahasiswa boleh makan ke dapur umum Mahasiswa
dengan Cuma-Cuma, sebuah perpustakaan besar terdapat dalam Universitas itu.
Setiap mahasiswa yang berkeinginan menyalin buku-buku atau ingin menyusun buku
baru, ada sebuah kantor yang mengurus persediaan kertas, pena dan tinta untuk
keperluan itu. Disamping Universitas dibangun sebuah rumah sakit untuk
mahasiswa diperiksa kesehatannya, hal inilah yang menyebabakan berbagai
Universitas di Eropa mengambil contoh pada Universitas Mustansiriah itu.
D.
Faktor-Faktor
Yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah
Menurut
W. Montgomery, bahwa beberapa faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah adalah
:
1.
Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan
daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya antara
penguasa dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
2.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
3.
Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara
bayaran sangat besar. Pada saat iu kekuatan militer menurun, khalifah tidak
sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim,
M. A diantara hal yang menyebabkan kemunduran Daulah Bani Abbasiayah Adalah :
1.
Persaingan antar bangsa
Khalifah
Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia,
persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib pada saat pemerintahan Bani
Umayyah, keduanya sama-sama tertindas. Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Bani
Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antar
bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecendrungan masing-masing bangsa
untuk berkusa telah dirasakan sejak awal pemerintahan Bani Abbas.
2.
Kemerosotan Ekonomi
Khalifah
Abbasiyah juga mengalami kemerosotan Ekonomi bersamaan dengan Kemunduran
dibidang Politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan
pemerintahan yang kaya, dan keuangan yang masuk lebih besar dari pada yang
keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan Harta. Setelah khalifah mengalami
periode kemunduran , pendapatan negara menurun, dengan demikian terjadi
kemerosotan ekonomi.
3.
Konflik Keagamaan
Fanatisme
keagamaan berkaitan erat dengan masalah kebangsaan. Pada periode Abbasiyah ,
konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga terjadi perpecahan.
Berbagai Aliran keagaam seperti Mu’tazillah, Syi’ah, Ahlus sunnah, dan
kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan
untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
4.
Perang Salib
Perang
salib merupakan sebab dari eksternal ummat Islam. Pernag salib yang terjadi
beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian Bani
Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan
kelemahan-kelemahan.
5.
Serangan Bangsa Mongol
Serangan
tentara mongol ke wilayah Islam menyebabkan kekuatan Islam menjadi lemah,
apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan
kekuasaan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah pada kekuatan Mongol.
E.
Masa
Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir
dari kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan
Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia adalah saudara dari
Kubilay Khan yang berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya
Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah
barat dari Cina kepangkuannya. Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah.
Pada mulanya Hulagu Khan mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani
Abbasiyah yang terakhir Al-Mu’tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan
gerakan Assassin. Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena
itu timbullah kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M,
Khulagu Khan melakukan penjarahan terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan
penyerangan didaerah itu. Khulagu Khan memberikan ultimatum kepada khalifah
untuk menyerah, namun khalifah tidak mau menyerah dan pada tanggal 17 Januari
1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan.
Pada
waktu penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya dibunuh disuatu
daerah dekat Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah. Penaklukan itu hanya
membutuhkan beberapa hari saja, tentara Mongol tidak hanya menghancurkan kota
Baghdad tetapi mereka juga menghancurkan peradaban ummat Islam yang berupa
buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak
ternilai harganya. Buku-buku itu dibakar dan dibuang ke sunagi Tigris sehingga
berubah warna air sungai tersebut, dari yang jernih menjadi hitam kelam karena
lunturan air tinta dari buku-buku tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bani
Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang merupakan masa keemasan
dan kejayaan dari peradaban ummat Islam yang pernah ada. Pada masa Bani Abbasiyah
kekayaan negara melimpah ruah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat
peradaban Islam mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini
banyak muncul para tokoh ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu
pengatuhan yang bersifat umum seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak
dokter seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada masa ini
telah ada lebih dari 800 dokter yang berada di kota Baghdad. Dalam bidang
matematika melahirkan ilmuan bernama Al-Khawarizmi yang merupakan penemu angka
Nol. Demikian juga dari biang ilmu agama, adanya perkembangan ilmu tafsir, ilmu
kalam, filsafat Islam, dan ilmu tashauf, yang juga melairkan tokoh-tokoh
dibidang ilmu masing-masing. Pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid kesejahteraan
ummat sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak dari kejayaan Bani
Abbasiyah, pembangunan dilakukan dimana-mana, baik pembangunan rumah sakit,
irigasi, dan pemandian-pemandian umum.
Namun
diakhir pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah, Islam mengalami keterpurukan yang
sangat parah. Hal ini disebabkan dari serangan tentara Mongol yang telah
mengahncurkan pusat peradaban Ummat Islam di Baghdad dan mengahancurkan Pusat
ilmu pengetahuan yaitu Baitul Hikmah, yang berisi buku-buku karangan pakar ilmu
ummat Islam yang tak ternilai harganya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Drs.
Amin, Samsul Munir,M. A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2009
·
Prof.
Dr. H. Harun, Maidir dan Drs. Firdaus, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam jilid
II, Padang : IAIN-IB Press, 2001
·
Dra.
Hj. Ismail, Chadijah, sejarah pendidikan Islam, Padang : IAIN-IB Press,
1999
·
Wahid,
N. Abbas dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudaan Islam, Solo : PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2009
·
Dr.
Yatim,Badri, M. A, Sejarah Peradaban Islam ( Dirasah Islamiyah II ),
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993
.
Drs. Samsul Munir Amin, M. A,
op.cit, hal 141
.
N. Abbas Wahid dan Suratno, Khazanah
Sejarah Kebudayyan Islam (Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009)
.
Drs. Samsul Munir Amin, op.cit,
hal 150-151